,

Selasa, April 01, 2008

Membahas Ahmadiyah

Kali ini tulisan saya agak serius sedikit, membahas beberapa fatwa yang dikeluarkan MUI (yang saat ini menjadi hot news), salah satunya adalah mendakwa bahwa Ahmadiyah, yang kita sebut saja salah satu aliran dalam Islam, sebagai sesat dan menyesatkan.

Sama dengan agama-agama lain yang jauh lebih tua (Hindu, Budha dan Kristen), Islam juga berkembang secara evolutif, dan terjadilah sekte-sekte atau aliran-aliran yang terbentuk karena beberapa hal sebagai berikut :

  • Kondisi geografis dan genealogis budaya setempat; contoh beberapa aliran tasawuf di India (Chistiyah), Rumi, Islam Kejawen, dll.
  • Perbedaan penafsiran atas teks. Kondisi ini menyebabkan timbulnya beberapa aliran fiqh(Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali). Yang menarik, perbedaan fiqh ternyata sangat dipengaruhi kondisi geografis dan struktur budaya masyarakat. Tapi kita akan mengkaji hal ini di tempat lain
  • Perbedaan politik. Ini menggagas beberapa paham seperti Wahabi di Arab Saudi, Syiah , Khawarij, dll.
  • Campuran dari ketiga faktor diatas

Munculnya sebuah aliran selalu ditandai dengan salah satu faktor diatas, ditambah dengan kuatnya posisi sang tokoh aliran.

Ahmadiyah dicetuskan pertama kali oleh Mirza Ghulam Ahmad di Pakistan. Sebagai sebuah aliran dalam Islam, Ahmadiyah, harus diakui, sebagai aliran yang paling banyak melakukan proses konversi (pendakwahan kepada agama lain, yang akhirnya masuk Islam) dan tradisi berpikir ilmiah. Karena itu jangan salah, tafsir dan terjemah Qur’an untuk bahasa-bahasa yang kita tidak pernah tahu (Swahili, Mambusto dll) dilakukan oleh orang-orang Ahmadiyah. Sebagai sebuah organisasi, Ahmadiyah sangat solid, dengan cabang di berbagai negara. metode dakwah dan basis keuangan yang besar.

Lalu dimana letak kesalahannya ?

Salah satu diktum dalam Ahmadiyah adalah pengakuan bahwa ada nabi setelah Muhammad SAW, dan itu adalah Mirza Ghulam Ahmad sendiri, sebuah pandangan yang dalam teks-teks muhkamat (pasti) Islam jelas salah. Qur’an, Hadits, dan teks-teks sirah (sejarah) Islam telah menuliskan beberapa nabi palsu setelah Muhammad SAW, yang semuanya diperangi karena merusak aqidah dasar umat Islam.

Perbedaan ini pun terjadi di Ahmadiyah, yang mengakibatkan mereka terpecah menjadi dua aliran besar : Qadiani dan Lahore. Qadiyani masih mengakui Mirza sebagai nabi, sementara Lahore menjadi lebih moderat, hanya mengakui Mirza sebagai mujaddid (pembaharu) Islam, tidak sebagai nabi. Pun begitu, kedua aliran ini disepak dari Pakistan, hingga sekarang berlokasi di London, Inggris.

Saya miris menyaksikan penghancuran aset-aset Ahmadiyah di media massa.Tidak adakah jalan dialog ? Kalau memang Ahmadiyah dihukum sesat, tidak perlu kemudian menghancurkan rumah, masjid dan universitas milih Ahmadiyah. Bahkan seorang Salahuddin Al-Ayyubi, meletakkan kembali salib ke tempatnya semula, ketika memasuki Yerusalem.

Saya sendiri secara paham, jelas menghukum sesat untuk aliran Ahmadiyah. Itu soal i’tiqadi, masalah mu’amalah yang kita pakai adalah etika Islam. Dan tidak pernah saya baca etika Islam yang memperlihatkan perlakuan masyarakat kita kepada rekan-rekan dari Ahmadiyah.

0 komentar:

Pilih Bahasa

SELAMAT BERGABUNG


pengen dapet duit 10.000 sampai 100.000/ hari?100% gratis !!! klik di sini untuk bergabung !!! MUH.SUPRIYADIE





Image Hosted by ImageShack.us

KATA MUTIARA

KLIK AJA

TINGGALKAN JEJAK MOE

mau dapat barang elektronik gratis 100 % tanpa bayar sepeserpun...???Klik disini